Pondok Pesantren Sebagai Media Dakwah Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Pondok Pesantren Sebagai
Media Dakwah Yang Tak Lekang Oleh Waktu
A. Latar Belakang
Pada era modern seperti ini Lembaga pendidikan khususnya
di Indonesia semakin beragam. Seperti berdirinya lembaga pendidikan Sekolah
Alam, Sekolah Anak Jalanan, Sekolah Dasar sampai Menengah akhir yang diwajibkan
oleh pemerintah. Disamping lembaga pendidikan tersebut, ada sebuah lembaga pendidikan
yang berdiri sejak masa penjajahan di indonesia sampai pada saat ini eksistensi
nya masih diperhitungkan, yaitu Pondok Pesantren.
Dalam hal ini Pesantrren merupakan sebuah lembaga
pendidikan dakwah yang tentunya menjadi media dalam misi menyebarkan
ajaran-ajaran islam, mengajarkan segala macam pendidikan yang memiliki nilai
keislaman.
Maka dari itu, dalam artikel ini saya bermaksud untuk
menyusun sebuah pembahasan mengenai bagaimana keterkaitan pesantren dalam misi
dakwah islam, sehingga dapat tersampaikanlah pesan-pesan ajaran islam kepada
masyarakat luas.
B.
Fokus Masalah
1.
Apa Fakta tentang
Pesantren ?
2.
Apa permasalahan dalam
pesantren ?
3.
Apa pengaruh Pesantren
dalam mengubah situasi sosial ?
C.
Landasan Etik
Ayat 12-13: Kisah Luqman yang
bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya
syirk.
وَلَقَدْ
آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا
يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢) وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
12. Dan sungguh, telah
Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan
barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya
Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
13. Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,
"Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat 14-15: Pentingnya seorang bapak memperhatikan
pendidikan anaknya, bagaimana mendidik anak secara Islami, dan perintah menaati
kedua orang tua selama isinya bukan maksiat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
وَوَصَّيْنَا
الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤) وَإِنْ
جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ
إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(١٥)
Terjemah
Surat Luqman Ayat 14-15
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar
berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang
itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.
Ayat 16-19:
Penjelasan tentang luasnya ilmu Allah Subhaanahu wa Ta'aala, pentingnya
menanamkan rasa muraqabah (merasa diawasi Allah Subhaanahu wa Ta'aala) ke dalam
diri anak, pentingnya mengajarkan anak akhlak yang mulia dan mengingatkan
kepadanya agar menjauhi akhak tercela.
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ
يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦) يَا بُنَيَّ أَقِمِ
الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا
أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧) وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ
فَخُورٍ (١٨)وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ
الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (١٩)
Terjemah
Surat Luqman Ayat 16-19
16. (Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh,
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah
Mahahalus lagi Mahateliti.
17. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah
(manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting.
18. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari
manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
19. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.
Dari Surat Luqman Ayat 12-19 diataslah dapat kita amati
betapa pentingnya pendidikan Islam, Pendidikan akan Tauhid dalam misi
menyerukan ajaran-ajaran islam kepada Anak-anak yang sedang menempuh jenjang
pendidikan.
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ
خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ
فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ
اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ
الدَّيْلَمِ)
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi
kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang
menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak
ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R
Ad-Dailami)
Dalam Hadist diatas disebutkan bahwa sebagai orang tua
berkewajiban mendidikan kepada anak-anak nya dengan 3 Perkara, yaitu cinta
kepada Nabi Muhammad SAW, Mencintai Kedua Orang tua, dan Membaca serta
menjunjung tinggi Al-Qur’an.
D. Teori Media
Beberapa teori
media pembelajaran merupakan teori yang cocok untuk menjelaskan mengenai
pesantren sebagai media dakwah islam.
Media pembelajaran merupakan salah
satu unsur terpenting dalam proses belajar mengajar selain metode pembelajaran.
Secara umum, media pembelajaran merujuk pada segala sesuatu yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan yang dapat
meningkatkan atau mengembangkan cakrawala berpikir, perasaan, serta minat
belajar pelajar atau peserta didik.
Selain itu, alat bantu mengajar juga
digunakan oleh pengajar atau guru untuk menyampaikan informasi, merangsang
minat, dan memfasilitasi proses pembelajaran. Pada awalnya, media pembelajaran
hanya berupa media berbasis manusia dalam artian materi pembelajaran
disampaikan melalui komunikasi lisan.
Ø Teori Cognitive
Flexibility
Teori yang dikembangkan oleh R. Spiro, P. Feltovitch, dan R.
Coulson (1990) ini menitikberatkan pada sifat pembelajaran dalam ranah yang
kompleks dan tidak terstruktur. Teori fleksibilitas kognitif menegaskan bahwa
pembelajaran yang efektif bergantung pada konteks. Selain itu, teori ini juga
menekankan pentingnya pengetahuan yang dibangun dan karenanya peserta didik
atau pelajar harus diberi kesempatan untuk mengembankan representasi informasi
mereka sendiri agar bisa belajar dengan baik. Teori ini berakar pada teori
konstruktivisme dan berkaitan dengan teori sistem simbol dalam hal media dan
interaksi pembelajaran.
Ø Teori Conditions of Learning
Teori
kondisi pembelajaran yang dikemukakan oleh R. Gagne ini berpendapat
bahwa terdapat beberapa jenis atau tingkatan pembelajaran yang berbeda.
Pengelompokkan ini dimaksudkan karena setiap tingkatan pembelajaran memerlukan
jenis instruksi yang berbeda. Gagne mengidentifikasi lima jenis kategori
pembelajaran yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Perbedaan kondisi eksternal dan
internal sangat penting bagi setiap jenis pembelajaran. Teori ini telah
diterapkan dalam pelatihan militer serta ditujukan untuk menggambarkan peran
teknologi instruksional dalam pembelajaran.
E.
Pembahasan
1.
Fakta Pondok Pesantren
a.
Pondok Pessantren
Pesantren di
Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya setelah abad ke 16.
Pesantren-pesantren besar yang mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam
bidang fikih, teologi dan tasawuf. Pesantren ini kemudan menjadi pusat-pusat penyiaran
Islam seperti; Syamsu Huda di Jembrana (Bali), Tebu Ireng di Jombang, Al
Kariyah di Banten, Tengku Haji Hasan di Aceh, Tanjung Singgayang di Medan,
Nahdatul Watan di Lombok, Asadiyah di Wajo (Sulawesi) dan Syekh Muhamad Arsyad
Al-Banjar di Matapawa (Kalimantan Selatan) dan banyak lainnya.
Dikutip dari
Wikipedia Bahasa Indonesia. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang
para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih
dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini
biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para
santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pondok
Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren
menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok
berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu,
kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau
hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan
pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau
menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami
sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara
nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama
Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam
pesantren tersebut.
b.
Pengajaran Dalam
Pesantren
Metode
pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional, yaitu metode
pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama
dipergunakan dalam institusi pesantren atau merupakan metode pembelajaran asli
pesantren. Ada pula metode pembelajaran baru (tajdid), yaitu metode
pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan mengintrodusir
metode-metode yang berkembang di masyarakat modern. Penerapan metode baru juga
diikuti dengan penerapan sistem baru, yaitu sistem sekolah atau klasikal (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007: 453). Berikut ini adalah metode-metode
pembelajaran tradisional yang merupakan metode pembelajaran asli pesantren,
yaitu:
·
Metode Sorogan
Metode sorogan
merupakan kegiatan pembelajaran para santri yang lebih menitik beratkan pada
pengembangan kemampuan perseorangan di bawah bimbingan seorang ustadz atau
kyai. Metode pembelajaran sorogan ini biasanya dilaksanakan pada ruang
tertentu, di hadapan kyai atau ustadz tersedia sebuah meja pendek (dampar)
untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap untuk mengaji kitab
·
Metode Bandongan/Wetonan
Berbeda dengan
metode sorogan, dalam metode bandongan ini kyai menghadapi sekelompok santri
yang masing-masing memegang kitab yang sama. Kyai membacakan, menterjemahkan,
menerangkan dan sesekali mengulas teks-teks kitab yang berbahasa Arab tanpa
harakat (gundul).
·
Metode Musyawarah/Bahtsul
Masa’il
Metode ini
lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Para santri dalam jumlah
tertentu duduk membentuk halaqah dan dipimpin langsung oleh kyai atau bisa juga
santri senior untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah
ditentukan sebelumnya.
·
Metode Pengajian Pasaran
Metode
pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi
(kitab) tertentu pada seorang kyai senior yang dilakukan secara terus menerus
(maraton) selama tenggang waktu tertentu. Pada umumya dilakukan pada bulan
Ramadhan, dan targetnya adalah selesai membaca kitab. Titik berat pengkajiannya
bukan pemahaman melainkan pembacaan.
·
Metode Hapalan/Muhafazhah
Metode hapalan
ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu teks tertentu di
bawah bimbingan dan pengwasan kyai atau ustadz.
·
Metode
Demonstrasi/Praktek ibadah.
Metode
demonstrasi atau praktek ibadah ialah cara pembelajaran dengan memperagakan
(mendemonstrasikan) suatu ketrampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu
yang dilakukan secara perorangan atau kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan
kyai atau ustadz.
·
Metode Rihlah Ilmiyah
Metode rihlah
ilmiyah adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan
kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu dangan tujuan untuk
mencari ilmu. Kegiatan kunjungan yang bersifat keilmuan ini dilakukan oleh para
santri untuk menyelidiki atau mempelajari suatu hal dengan bimbingan ustadz
atau kyai.
·
Metode
Muhawarah/Muadatsah
Metode
Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan bahasa Arab, dalam beberapa
pondok pesantren juga dengan bahasa Inggris yang diwajibkan oleh pondok kepada
para santri selama mereka tinggal di pondok pesantren.
·
Metode Riyadhah
Metode
Riyadhah ialah metode pembelajaran yang menekankan pada olah batin yang
bertujuan mensucikan hati berdasarkan petunjuk dan bimbingan kyai. Metode ini
biasanya diterapkan di pesantren yang sebagian kyainya memiliki kecenderungn
dan perhatian yang cukup tinggi pada ajaran tasawuf atau tarekat.
2.
PERMASALAHAN SEPUTAR
SANTRI
Cita-cita
pesantren adalah meneruskan estafet
perjuangan Nabi. Begitupun idealitas pesantren sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran
Islam. Namun realitanya justru berbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren
mulai bergeser dikalangan santri, khususnya para remaja. Pergeseran ini
disebabkan kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak sejalan
dengan prinsip pesantren. Pelanggaran-pelanggaran atau prilaku negatif santri
kerap bermuara pada budaya tersebut, seperti melihat konser musik, kekerasan
fisik, pencurian, pacaran, pesta miras atau sabu-sabu, dan lain-lain tetapi
itupun juga tidak semua santri melakukan kenakalan-kenakalan semacam itu. Cara
penampilan santri tidak sedikit yang mengikuti gaya yang sedang tren di
kalangan selebritis, seperti; mode pakaian yang gaul, gaya rambut yang modis
dan berwarna, gelang tangan dan memakai kalung. Belum lagi cara bergaul yang
sok abis, seperti tidak lagi bersikap tawadlu pada guru dan orang-orang
sekitarnya terutama orang tua, tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya
sikap menghormati. Budaya dan etika non-religius seperti itu ditelan
mentah-mentah tanpa disikapi secara kritis.
Kemerosotan
moral santri ini mengacu pada rendahnya
pemahaman ajaran ulama-ulama yang tertuang dalam bentuk ahwal (prilaku), lisan
(wejangan) atau tulisan (kitab/buku). Akibatnya, identitas santri sedikit demi sedikit mulai
terkikis seiring perkembangan usia, lebih-lebih pada remaja. Diperparah lagi
karena pengaruh pesatnya laju budaya modern dan informasi tanpa ada filter
ketat. Obyek perhatian santri dalam berpikir, bersikap dan bertindak juga mulai
bergeser mengikuti aturan main remaja sebaya yang berkembang di lingkungan
eksternal pesantren. Kontrol diri yang lemah akan menambah daftar
"kenakalan" santri yang tidak
bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang
tidak dapat diterima. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan ilmu pengetahuannya.
3.
WIN SOLUTIONS DI
PESANTREN
Santri
yang seharusnya menjadi penerus cita-cita agama dan negaranya seolah-seolah
hanya fatamorgana setelah melihat fenomena diatas. Akan tetapi, sikap putus asa
bukanlah jawaban, melainkan harus diupayakan solusinya. Kegagalan mencapai
identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan
prinsip keteladanan. Santri harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
tokoh-tokoh pesantren yang telah melampaui masa nyantrinya dengan baik. Usaha
apa saja yang mereka lakukan hingga bisa mencapai taraf kesuksesan, baik dari
segi intelektual maupun segi kepribadian untuk kemudian dipraktekkan itu.
Diantara upaya yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan pemahamannya tentang
Islam dalam seluruh aspek kehidupannya, dengan kata lain membentuk pola pikir
Islam dengan sering mengisi otak dengan informasi Islam, baik lewat membaca
atau mengkajinya.
Sedangkan
ukuran terbentuknya pola pikir Islam dalam diri santri adalah kemampuan santri
untuk menilai setiap pemikiran, fakta dan realita serta kejadian berdasarkan
standar Islam, kemudian menjadikan pemahamannya sebagai bentuk praktis dalam
aktivitasnya, sampai tertanam dalam dirinya pola sikap Islam, yaitu
kecenderungan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu yang berdasarkan Islam.
Sehingga santri akan memiliki kepribadian Islam yang kaffah yang mampu menilai
dan menyikapi setiap pemikiran, fakta dan peristiwa atau kejadian yang
berkembang di masyarakat (Qs. 2 : 208).
Upaya
ini dapat dilakukan, baik oleh santri yang telah memiliki kesadaran Islam yang
tinggi, keluarga dan masyarakat, serta negara secara serentak. Remaja
mentranformasikan pemahaman keislaman yang kaffah kepada santri yang lain,
pesantren memberikan perhatian dan suri tauladan kepada santri dari pelaksanaan
nilai-nilai Islam, masyarakat mengambil peran control terhadap pola pola
perilaku santri, dan negara beserta perangkatnya -melalui institusi atau
undang-undang beserta sanksi-sanksinya- melaksanakannya dengan tegas dan
memberikan sanksi/hukuman terhadap segala bentuk kemaksiatan (segala sesuatu
yang bertentangan dengan Islam).
4.
Pengaruh Pesantren
Pesantren
merupakan pioner dan corong sosialisasi Islam di Indonesia, bahkan pada era
kolonialisme, pesantren tidak saja bermain dalam wilayah da ™wah dan pendidikan
akan tetapi juga secara signifikan telah memberikan kontribusi bagi terwujudnya
iklim kemerdekaan.
Sejarah
menunjukkan bahwa pesantren mempunyai akar tradisi yang sangat kuat di
lingkungan masyarakatIndonesiayang merupakan produk budaya orisinil
masyarakatIndonesia. Sejak awal kehadirannya pesantren telah menunjukkan watak
populisnya dengan memberikan sistem pendidikan yang dapat diakses oleh semua
golongan masyarakat. Hal itu merupakan pengeja-wantahan dari konsep ummah dalam
Islam yang menempatkan harkat dan martabat manusia secara egaliter di hadapan
Tuhan. Karena itulah, dalam perjalanan sejarah keIndonesiaan, pesantren tidak
pernah lekang oleh waktu, bahkan secara kuantitas terus mengalami kenaikan.
Pesantren
mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada lembaga
pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga bimbingan
keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus
menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren.
Realitas
menunjukkan bahwa pesantren sampai saat ini, memiliki pengaruh cukup kuat dalam
setiap aspek kehidupan di kalangan masyarakat khususnya muslim pedesaan yang
taat. Kuatnya pengaruh tersebut, membuat setiap pengembangan pemikiran dan
interpretasi keagamaan yang berasal dari luar kaum elit pesantren tidak akan
memiliki dampak signifikan terhadap way of life dan sikap masyarakat Islam di
daerah pedesaan.
Dalam
kehidupan pesantren itu sendiri dikenal 3 fungsi dengan istilah tri darma
pesantren, yaitu : peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,
pengembangan keilmuan yang bermanfaat, dan pengabdian terhadap agama,
masyarakat dan Negara.
Realitas
kongkrit yang dihadapi masyarakat itu, menjadi tugas utama bagi sebuah lembaga
pesantren yang menjadi standarisasi masyarakat luas untuk lebih respek terhadap
fenomena yang terjadi guna menata kehidupan dan moralitas bangsa dengan mengacu
pada ajaran Nabi.
F.
Kesimpulan
Pesantren merupakan sebuah lembaga yang pada awalnya
berdiri untuk penyiaran syari’at islam. Didalamnya terdapat berbagai metode
pengajaran yang diberikan oleh sang kiyai kepada para murid-muridnya.
Metode-metode pengajaran pada santri
tersebut merupakan sebuah dakwah, karena didalam nya terselip nilai kebaikan
dan ajaran-ajaran islam yang disampaikan oleh sang kiyai.
Berbagaimacam masalah timbul dalam sebuah pesantren
disebabkan oleh perkembangan jaman yang semakin modern, dan Perilaku Beberapa
santri yang makin kesini makin manja dan beraneka ragam kelakuan nya. Namun ini
merupakan tantangan tersendiri untuk pesantren dalam upaya mewujudkan
cita-citanya, yaitu Meneruskan perjuangan nabi dengan pengajaran-pengajaran
yang sesuai dengan nilai-nilai syariat islam.
Dalam permasalahan diatas Pesantren
hadir guna mengingatkan dan meluruskan kembali Aqidah, Akhlaq, Serta segala
sesuatu yang menyimpang dari tuntunan syariat islam. Maka dari itu disini
pesantren memiliki andil dan pengaruh terhadap perubahan sosial.
Komentar
Posting Komentar