Jurnal Pendidikan Karakter & Evaluasi Diri
Pendidikan Karakter & Evaluasi Diri Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia
Oleh : Ridho
Raudhatul Alfirdaus
Alamat : Dsn.
Jungklang Rt. 08 Rw.03, Desa Mulyasari, Kecamatan Binong-Subang 41253
Mahasiswa UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
E-mail : ridhora98@gmail.com
Pendidikan pada dasarnya adalah
upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia supaya dapat menjadi manusia
yang memiliki karakter dan dapat hidup mandiri. Berdasarkan hal tersebut, yang
menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah apakah pendidikan karakter dapat
mewujudkan akhlak mulia? Dari rumusan masalah tersebut, tujuan kajian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dapat mempengaruhi akhlak
mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak
diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda. Pendidikan karakter dapat berjalan
efektif dan berhasil apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada
peserta didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta
isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih
sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta
damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan
manusia yang berasal dalam diri yang di dorong keinginan secara sadar dan
dicerminkan dalam perbuatan yang baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter
yang luhur tertanam dalam diri peserta didik maka akhlak mulia secara otomatis
akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam kehidupan keseharian.
(http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/456)
Pendahuluan
Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alam, juga budaya. Populasi sumber daya
manusianya berjumlah 237.641.326. Negara ini juga merupakan negara dengan
populasi Muslim terbanyak di dunia. Namun potret bangsa ini semakin
memprihatinkan. Pengangguran merajalela, Korupsi, tindakan kriminal, asusila,
kemiskinan, merupakan akibat dari hasil akhlak runtuhnya akhlak di Indonesia.
Padahal Islam merupakan agama yang santun karena dalam islam sangat menjunjung
tinggi pentingnya akhlak.
Sehingga
untuk merubah Indonesia ini menjadi lebih baik. Maka harus di bangun
pembentukan akhlak pribadi masyarakat yang sesuai dalam kandungan Al-Quran.
Karena didalam Al-Quran telah menjelaskan pribadi akhlak ideal bagi umat islam
yang akan dijelaskan secara ringkas pada makalah ini.
Untuk
memahami akhlak pribadi islam, maka setiap umat islam diharapkan dapat membaca,
memahami dan akhirnya melaksanakan apa saja yang menjadi kaidah akhlak yang
sudah ditetapkan dalam Al-Quran. Jika semua umat islam berakhlak sesuai dengan
ketentuan ajaran Al-Quran. Maka citra umat islam akan dapat dibentuk dari
perilakunya seperti jujur, amanah, percaya diri dan berpikir positif, bekerja
keras, menghargai waktu, hemat, mandiri dan selalu bersyukur atas rahmat Allah
SWT.
(http://septianludy.blogspot.co.id/2014/07/akhlak-pribadi-islam.html)
Metode Penelitian
Pada
penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode
sebagai berikut:
1.
Metode Deskripsi, yaitu metode
pemecahan masalah dengan cara penguraian, penafsiran
dan analisis data /sehingga sangat menentuka untuk
tercapainya tujuan secara efektif Hal
ini sesuai dengan penjelasan yang
dikemukakan oleh M.
Nasir yang menyatakan bahwa : ”Metode deskriptif adalah
metode dalam meneliti suatu kondisi, suatu pemikiran atau suatu peristiwa pada
masa sekarang ini, yang bertujuan untuk
membuat deskriptif, gambaran atau tulisan secara sistimatika, factual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang
diselidiki.”[1]
2.
Pencarian data di internet / Browsing,
yaitu mencari serta mengambil data-data tentang study objek melalui internet
3.
Penelitian alapangan dilakukan yaitu
untuk mendapatkan data serta untuk memperoleh informasi dan keterangan yang
berhubungan langsung dengan masalah yang di teliti.
Teknik
pengumpulan data antara lain :
a.
Observasi Yaitu dengan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap objek-objek yang akan di teliti, sehingga
memperoleh data yang lengkap.
b.
Wawancara Yaitu mengadakan dialog atau
tatap muka dengan pimpinan, bendahara dan sekretaris serta ustaz di Pondok
Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah
maupun didalam Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin pengggunaan metode
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk penggunaan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar
dapat dengan mudah dijalankan. Penggunaan metode pada setiap ustadz tidak sama melainkan berfariasi
sesuai dengan keadaan akhlak anak di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp.
Jungklang, Subang.
Metode
praktek dipergunakan di dalam Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin pada saat
membina akhlak anak. Hal
ini dikarenakan agar
anak langsung mempraktekkan apa
yang diajarkan oleh ustaz dalam kehidupan sehari-hari, baik di Pondok Pesantren
Raudlotul Muta’alimin hingga pada saat mereka bermain dilingkungannya. Misalnya: anak-anak selalu
dianjurkan untuk sholat berjamah di masjid, di mushola atau di Pondok Pesantren
Raudlotul Muta’alimin, membaca Al-Quran, berdoa. Sehingga lama-kelamaan akan
tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Anak didik dibiasakan sedemikian
rupa, sehingga dengan sendirinya ia akan terdorong dari dalam. Pembentukan
akhlak anak-anak di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin, dapat dilakukan
dengan metode praktek, artinya anak didik dibiasakan untuk berakhlak yang baik.
Setiap guru agama harus menyadari bahwa:”membina pribadi anak didik
sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan
latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya,
karena pembiasan dan latihan tersebutakan membentuk sikap tertentu pada anak
didik, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat yang akhirnya
tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadiannya.”[2]
Metode pembinaan
akhlak dengan praktek identik dengan pengawasan, artinya ustaz agama
memberi pengawasan terhadap sikap dan prilaku anak didik agar tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akhlakul karimah. Pengawasan
dimaksud adalah guru agama selalu memonitor tingkah laku dan sikap pergaulan
sebagai upaya mencegah mereka dari hal-hal yang dapat mengotori
jiwa.“Pengawasan perlu diperintahkan dalam upaya mendidik anak beragama dan
memperbaiki akhlaknya, di samping upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tanpa
pengawasan yang kontinyu, perhatian yang sungguh-sungguh dari
guru agama, orang tua dan
masyarakat di khawatirkan anak didik dan generasi muda cenderung melaksanakan
hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma agama.”[3]
Metode peringatan juga dipergunakan
di dalam pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin. Setiap
ustaz yang melihat anak-anak yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
ajaran islam, maka ustaz akan langsung memperingati anak-anak, hal ini
bertujuan agar anak tidak melakukan perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.
Misalnya: berkata-kata kotor. Secara
teori, peringatan dimaksud adalah suatu cara mendidik dengan cara
mengingatkan anak untuk senantasa terbiasa
melakukan kebaikkan dan
menegur secara langsung
jika anak berbuat tidak senonoh.
Prilaku
anak didik jika melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah,
menyimpang dari ajaran agama, selaku pendidik dalam hal ini guru agama harus
menegurnya dan memberi peringatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Asy-Syuara ayat 214
Artinya : “Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”
Ayat diatas
menjelaskan tentang seruan untuk memberi peringatan yang baik bagi orang lain,
jika ia berbuat kesalahan. Dengan peringatan ini anak didik akan terbimbing
untuk melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan tuntunan akhlakul karimah
Agama Islam. Metode nasehat yang dipakai oleh pengurus di Pondok Pesantren
Raudlotul Muta’alimin bertujuan untuk mencegah perbuatan tercela dan
bertentangan dengan adat budaya serta agama islam. Metode ini sering
dipergunakan oleh ustadz bila melihat anak-anak melakukan perbuatan yang tidak
baik, maka segera dinasehati pada saat itu juga.Misalnya: Pulang sekolah
terlambat sampai di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin.Pembentukan akhlak
anak dalam lingkungan di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin dapat dilakukan
dengan memberi nasehat dan menuntun seseorang untuk melakukan akhlak yang baik,
seperti yang dilakukan Lukman ketika memberi nasehat kepada anaknya.
Metode hukuman juga ada dalam
pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin, tetapi metode ini
tidak pernah dilaksanakan, karena anak-anak yang ada di Pondok Pesantren
Raudlotul Muta’alimin mematuhi apa yang diperintahkan oleh ustadz. Apabila ada
anak yang tidak mematuhi nasehat ustaz, misalnya menonton TV terlalu malam maka
sikap/tindakan ustaz hanya mamarahi, memperingatkan,dan diam saja belum sampai
pada tataran pemukulan., ini juga
dipengaruhi oleh factor latar belakang pengurus dan ustaz, yang pekerjaannya
ada yang guru dan ada yang dosen. Hukuman dalam pendidikan mempunyai arti
penting, pendidikan yang terlalu lunak
akan membentuk anak-anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan
hati. Hukuman tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: dengan
teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk
menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan hukuman fisik
hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan hindari memukul wajah, memukul
sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas
dendam.Kegiatan-kegiatan merupakan inti dari sebuah pembelajaran
yang ingin di serap oleh anak
agar terjadi perubahan
prilaku kearah yang
di inginkan. Hal
ini yang sama juga terjadi
di rumah penyantun Muhammadiyah Kp. Jungklang, Subang,
yaitu kegiatan pembinaan pendidikan akhlak yang di sampaikan oleh guru kepada
anak. Pada dasarnya semua materi akhlak adalah penting, akan tetapi kebanyakan
ustad di Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang lebih
banyak yang menekankan agar anak bersikap jujur, selalu menganjurkan anak-anak
untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu, dan tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang tercela, karena. perbuatan tersebut disamping
menyalahi agama dan adat, juga dapat membuat malu pengurus/ustaz. Anak-anak di Pondok
Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang merupakan anak-anak yang
sopan,anak-anak yang tidak pernah melakukan perbuatan yang dapat mencemari
lingkungan Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin,.Hal ini tidak terlepas dari
pembinaan pendidikan akhlak yang di terapkan didalam Pondok Pesantren Raudlotul
Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang.
Kendala dalam pembinaan akhlak
adalah factor yang menghambat pembinaan akhlak pada anak di Pondok Pesantren
Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang. Lingkungan tempat anak tinggal
merupakan tempat yang mendukung dalam pembinaan akhlak.Tetapi pengurus/ustaz
tidak mengetahui tingkat akhlak teman bergaul anak-anak.Teman bergaul anak-anak
tidak hanya berasal Dari Pondok Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang,
Subang, melainkan berasal dari daerah sekitar Pondok Pesantren Raudlotul
Muta’alimin dan teman-teman berasal dari daerah lain.Untuk mengatasi kendali
tersebut diatas tindakan yang dilakukan Pembina/ustaz antara lain menasehati,
menyempatkan waktu luang untuk membimbing anak dan menyeleksi teman bergaul
anak-anak.
Kesimpulan
1.
Penggunaan materi
yang di ajarkan
oleh pengurus/ustad dalam
pembinaan pendidikan akhlak juga
mencakup materi yang
sesuai dengan kebutuhan. Adapun materi yang di ajarkan antara lain menghindari akhlak tercela kepada siapapun, jujur dalam berbicara,
menjaga lingkungan sekitar dan menghormati orang tua.
2.
Metode yang di
ajarkan banyak bervariasi dalam pembinaan pendidikan akhlak pada anak di Pondok
Pesantren Raudlotul Muta’alimin Kp. Jungklang, Subang telah dilakssanakan
dengan baik.
3.
Metode yang
dipergunakan di antaranya metode nasihat, metode peringatan, metode hukuman dan
metode kebiasaan. Kendala yang dihadapi oleh pengurus/ustad tidak mengetahui
apakah teman bergaula anak adalah anak yang budi pekertinya baik atau bahkan
sebaliknya.
Daftar Pustaka
3.
Nasir. M,
Metode penelitian, Cet. I, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1993), hal. 65
4.
Zakiah Darajat,
Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang, 2000), hal 62
5.
Aisya Dahlan.
Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama Dalam Rumah Tangga.(Jakarta:
Jamunu, 2001). Hal.108
Komentar
Posting Komentar